topbella

Senin, 25 April 2011

Manusia Dan Pandangan Hidup


PENGERTIAN MANUSIA
Manusia atau orang dapat diartikan berbeda-beda menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi. Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi di mana, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain. Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya, organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok dan lembaga untuk dukungan satu sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.
Selain itu masih banyak penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut, mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain sebagainya.
Tokoh adalah istilah untuk orang yang tenar (misalnya 'tokoh politik', 'tokoh yang tampil dalam film', 'tokoh yang menerima penghargaan', dll).
Pengertian pandangan hidup
Setiap manusia mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup itu bersifat kodrati. Karena itu is menentukan masa depan seseorang. Untuk itu perlu dijelaskan pula apa anti pandangan hidup. Pandangan hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman, arahan, petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan hasil pemikiran manusia berdasaikan pengalaman sejarah menurut waktu dan tempat hidupnya.
Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul seketika atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang lama dan terus menems, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya. Hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, sehingga diakui kebenarannya. Atas dasar ini manusia menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk_yang disebut pandangan hidup.
Pandangan hidup banyak sekali macamnya dan ragamnya. Akan tetapi pandangan hidup dapat diklasifikasikan berdasaikan asalnya yaitu terdiri dari 3 macam :
(A) Pandangan hidup yang berasal dari agama yaitu pandangan hidup yang mutlak kebenarannya
(B) Pandangan hidup yang berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norms yang terdapat pada negara tersebut.

(C) Pandangan hidup hasil renungan yaitu pandangan hidup yang relatif kebenarannya.
Apabila pandangan hidup itu diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup itu disebut ideologi. Jika organisasi itu organisasi politik, ideologinya disebut ideologi politik. Jika organisasi itu negara, ideologinya disebut ideologi negara.
Pandangan hidup pada dasamya mempunyai unsur-unsur yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan/kepercayaan. Keempat unsur ini merupakan satu rangkaian kesatuan yang tidak terpisahkan. Cita - cita ialah apa yang diinginkan yang mungkin dapat dicapai dengan usaha atau perjuangan. Tujuan yang hendak dicapai ialah kebajikan, yaitu segala hal yang baik yang membuat manusia malunur, bahagia, damai, tentram. Usaha atau perjuangan adalah kerja keras yang dilandasi keyakinan/kepercayaan. Keyakinan/kepercayaan diukur dengan kemampuan akal, kemampuan jasmani, dan kepercayaan kepada Tuhan.
Manusia dan pandangan hidup
Pandangan hidup pada dasarnya memiliki unsur-unsur, yaitu cita-cita, kebajikan, usaha, keyakinan. Cita-cita adalah sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Kebajikan –dalam hal ini, adalah nilai yang menjadi patokan usaha yang harus ditempuh untuk menggapai cita-cita. Usaha adalah hal-hal yang diupayakan sebaik mungkin untuk menggapai cita-cita yang harus dilandasi oleh keyakinan . Keyakinan diukur dengan daya pikir akal, jasmani, dan sikap maupun rasa kepada Tuhan. Hal ini yang mencirikan bahwa unsur-unsur pandangan hidup di atas saling berkaitan.
Setiap orang, baik dari tingkatan yang paling rendah sampai dengan tingkatan yang paling tinggi, mempunyai cita-cita hidup. Hanya kadar cita-citanya sajalah yang berbeda. Bagi orang yang kurang kuat imannya ataupun kurang luas wawasannya, apabila gagal mencapai cita-cita, tindakannya biasanya mengarah pada hal-hal yang bersifat negative. Suatu ironi memang, bila manusia sedang dalam keadaan senang, bahagia, serta kecukupan, mereka lupa akan pandangan hidup yang diikutinya dan berkurang rasa pengabdiannya kepada Sang Pencipta. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :
a. Kurangnya penghayatan pandangan hidup yang diyakini.
b. Kurangnya keyakinan pandangan hidupnya.
c. Kurang memahami nilai dan tuntutan yang terkandung dalam pandangan hidupnya.
d. Kurang mampu mengatasi keadaan sehingga lupa pada tuntutan hidup yang ada dalam pandangan
hidupnya.
e. Sengaja melupakannya demi kebutuhan diri sendiri.
Di sinilah peranan pandangan hidup seseorang. Pandangan hidup yang teguh merupakan pelindung seseorang. Dengan memegang teguh pandangan hidup yang diyakini, seseorang tidak akan bertindak sesuka hatinya. Ia tidak akan gegabah bila menghadapi masalah, hambatan, tantangan dan gangguan, serta kesulitan yang dihadapinya.
Sebagai tambahan, apabila pandangan hidup tesebut diterima oleh sekelompok orang sebagai pendukung suatu organisasi, maka pandangan hidup tersebut akan menjadi ideologi. Dan jika itu berkembang lagi, hingga lingkup kerakyatan atau negara maka disebut ideologi negara.
Cita-cita

Cita-cita menurut definisi adalah keinginan, harapan, atau tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Adalah wajar, apabila cita-cita, kebajikan, dan pandangan hidup merupakan bagian hidup manusia. Tidak ada orang hidup tanpa cita-cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup.
Cita-cita itu perasaan hati yang merupakan suatu keinginan yang ada dalam hati. Cita-cita yang merupakan bagian atau salah satu unsur dari pandangan hidup manusia, yaitu sesuatu yang ingin digapai oleh manusia melalui usaha. Cita-cita seperti garis linear yang semakin lama semakin tinggi dan bisa dianalogikan pula sebagai pandangan masa depan. Sesuatu bisa disebut dengan cita-cita apabila telah terjadi usaha untuk mewujudkan sesuatu yang dianggap cita-cita itu. Misalnya, seorang anak ingin menjadi seorang astronot. Namun ia belum bersekolah, belum bisa berpikir logis, dan terlihat belum memiliki kemampuan berusaha untuk mencapai ‘cita-cita’ nya itu. Analogi ini bukanlah penggambaran cita-cita tetapi suatu penggambaranan gan -an gan .
Terdapat suatu jarak antara masa realita seorang individu saat ini dengan masa cita-cita seorang individu tersebut suatu saat nanti. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan lingkungan masing-masing.
Untuk itu, suatu cara, strategi, dan kebijaksaan yang baik sangat diperlukan untuk mencapai masa cita-cita yang ingin seorang individu itu dapatkan dari masa realitanya sekarang. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antara lain:
a.    Faktor manusia, untuk mencapai sesuatu, yang tinggi dan lebih, dari yang saat ini diperoleh, seseorang harus punya motivasi atau niat yang selalu pada akhirnya harus mencuat dari dalam dirinya sendiri. Setelah itu, akan terbentuk suatu nilai kualitas dari dalam diri manusia tersebut mengenai hal-hal-hal terkait dengan yang dicita-citakannya itu.
Berikut seputar gambaran dari seseorang yang mungkin bisa berpengaruh dalam upayanya mengejar cita-cita, di mana ada tiga kategori keadaan hati seseorang yakni lunak, keras, dan lemah, seperti :
Orang yang berhati keras, biasanya tak berhenti berusaha sebelum cita- citanya tercapai. Ia tidak menghiraukan rintangan, tantangan, dan segala esulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati keras biasanya juga mencapai hasil yang gemilang dan sukses hidupnya.
Orang berhati lunak biasanya dalam usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Namun ia tetap berusaha mencapai cita-cita itu. Karena, biarpun lambat ia akan berhasil juga mencapai cita-citanya.
Orang yang berhati lemah biasanya mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi. Bila menghadapi kesulitan cepat-cepat ia berganti haluan dan berganti keinginan. Dengan beberapa penuturan seperti di atas, bisa sedikit disimpulkan bahwa seseorang yang bercita-cita tidak hanya ‘bermimpi’ tetapi juga menyesuaikan ‘mimpi’ nya itu dengan realita dan kondisi yang dihadapi atau yang dijalaninya saat ini.
b. Faktor kondisi, terkadang banyak hal yang membuat seseorang itu terkesan ‘mudah’ dalam meraih sukses dan ada juga seseorang lain yang terkesan ‘sulit’ dalam meraih sukses. Hal inilah, kondisi, yang berperan. Kondisi yang memperlambat tercapainya cita-cita merupakan faktor yang menghambat; sedangkan kondisi yang memperlancar tercapainya cita-cita merupakan faktor yang menguntungkan.
c.  Faktor tingginya cita-cita, sebenarnya faktor ini merupakan buah penyelarasan dua faktor di atasnya (yang telah disebutkan sebelumnya). Diperlukan suatu kualitas yang baik dari diri pencita-cita; tentu saja harus ada motivasi atau niat yang kuat dan baik dari dalam dirinya. Diperlukan suatu kondisi yang mendukung atau faktor yang menguntungkan dari lingkungan sekitar; atau walaupun tidak, suatu kondisi yang kurang menguntungkan bisa disiasati menjadipr o di pihak pencita-cita dengan cara mengatasi kelemahan dari sisi yang menghambat itu tadi dengan sedikit pengorbanan.

Kebajikan atau Kebaikan
Kebajikanatau kebaikan pada hakikatnya adalah perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma- norma agama atau etika. Manusia berbuat baik, karena menurut kodratnya manusia itu baik dan makhluk bermoral. Dia adalah seorang individu yang utuh, terdiri atas jiwa dan raga. Dia memiliki hati yang pada hakikatnya lagi, memihak pada kebenaran dan selalu mengeluarkan pendapat sendiri tentang pribadinya, perasaannya, cita-citanya, dan hal-hal lainnya. Dari yang dirasakan manusia tersebut, manusia cenderung lebih memihak pada kebaikan untuk dirinya sendiri. Inilah yang membuat sebagian manusia ‘terpilah’ menjadi manusia egois, yang seringkali seperti tidak mengenal kebajikan.
Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga segi, yaitu :
a.    Manusia sebagai pribadi, yang menentukan baik-buruknya adalah suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang perbuatan baik atau tidak. Suara hati cenderung memilih yang baik sebab itu ia selalu mendesak orang untuk berbuat yang baik bagi dirinya. Oleh karena itu, apabila seseorang berbuat sesuatu sesuai dengan bisikan suara hatinya, maka orang tersebut perbuatannya pasti baik. Sebaliknya, perbuatan atau tindakan berlawanan dengan suara hati kita, maka perbuatan atau tindakan itu buruk. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri. Suara hati sebenarnya telah memilih yang baik, namun manusia seringkali tidak mau mendengarkan.
b.    Manusia sebagai anggota masyarakat atau makhluk sosial, manusia hidup bermasyarakat, saling membutuhkan, saling menolong, dan saling menghargai anggota masyarakat. Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik sehingga terkadang terdapat suatu jurang pemecah, seperti saling benci, saling menjatuhkan, dan lainnya. Akan tetapi, manusia yang berada di tengah banyak orang tetaplah menjadi berstatus sebagai anggota masyarakat dan tidak dapat membebaskan diri dari kemasyarakatan. Untuk itulah, dibutuhkan suatu control.
c.    Manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia sebagai ciptaan Tuhan harus menyadari bahwa dirinya adalah bukan apa-apa tanpa rahmat-Nya. Tuhan akan memberikan balasan kepada manusia yang datang membawa amal kebaikan dan keburukannya. Dia adalah Mahasuci yang telah member kebaikan kepada hamba-hamba-Nya sebelum mereka mewujud. Dia mencukupi rezeki mereka (para manusia), baik ketika mereka mengakui maupun ketika membangkang. Dia menggenapi seluruh wujud dengan semesta melalui bentangan karunia- Nya. Tidak pantas bagi manusia membalas segala kebaikan-Nya dengan bermaksiat kepada-Nya. Walaupun manusia bukanlah makhluk sempurna seperti manusia pilihan Tuhan –yaitu para nabi, paling tidak manusia dengan potensi akal yang dianugerahkan padanya dapat mereduksi segala tingkah keburukannya. Jadi, untuk mengukur perbuatan baik dan buruk, harus kita dengar pula suara Tuhan atau Kehendak Tuhan. Kehendak Tuhan berbentuk Hukum Tuhan atau Hukum agama.
 

0 komentar:

Posting Komentar